Sukabumi – Pelita Jagat News. Derasnya hujan yang mengguyur wilayah Jampang sejak Minggu (13/4) sore memicu bencana serius: jembatan darurat Cidadap yang menjadi satu-satunya akses penghubung ke Palabuhanratu rusak parah akibat luapan sungai dan tumpukan sampah. Wilayah Jampang kini benar-benar lumpuh dan terisolasi.
Jembatan darurat ini sebelumnya dibangun untuk menggantikan jembatan utama yang amblas akibat bencana pada Maret lalu. Namun kini, kondisinya tak lagi mampu menahan derasnya arus sungai. Struktur jembatan mengalami pergeseran signifikan, membuatnya tidak aman untuk dilalui—bahkan oleh kendaraan roda dua.
“Roda empat sama sekali tidak bisa lewat. Jembatan kami tutup sementara karena terlalu berisiko,” ungkap Andri, staf lapangan dari PJN 2.3 Kementerian PUPR, saat dikonfirmasi pada Senin (14/4/2025).
Kerusakan ini berdampak langsung pada ribuan warga di kawasan Jampang seperti Surade, Cibitung, Cidadap, hingga Kiara Dua. Akses ke Palabuhanratu—yang merupakan pusat ekonomi, perbelanjaan, dan pemerintahan—tertutup total. Aktivitas perdagangan, distribusi logistik, dan pergerakan masyarakat kini lumpuh.
Banyak pengendara yang terpaksa putar balik. Beberapa warga yang nekat tetap mencoba melintas, namun hanya bisa berjalan kaki atau menuntun motornya dengan pengawasan ketat dari petugas.
“Biasanya saya ke pasar Palabuhanratu tiap Senin buat belanja. Sekarang nggak bisa, harus tunggu bantuan atau kiriman barang dari luar,” kata Bu Nani, pedagang sayur dari Cidadap, dengan nada cemas.
Sementara itu, upaya menggunakan jalur alternatif juga belum membuahkan hasil. Jalan Bagbagan–Kiara Dua yang biasanya menjadi rute cadangan, kini dalam status siaga banjir dan longsor.
“Kami imbau warga tidak memaksakan diri melintas jalur alternatif. Kondisi tidak aman, dan pengawasan dilakukan 24 jam,” tegas Kapolsek Simpenan, AKP Erman, saat dihubungi media.
Situasi makin diperparah dengan cuaca ekstrem yang masih terus berlangsung. Hujan deras diperkirakan akan terus mengguyur kawasan Jampang hingga beberapa hari ke depan.
Namun di tengah keterisolasian ini, semangat gotong royong warga menjadi harapan utama. Mereka saling membantu, berbagi informasi melalui grup WhatsApp, dan bersama-sama menjaga keselamatan lingkungan.
“Bukan pertama kalinya kami terputus, tapi semoga ini yang terakhir. Kami butuh solusi permanen, bukan sekadar darurat,” kata Pak Deden, warga Kiara Dua yang ikut berjaga di sekitar jembatan.
Warga kini berharap pemerintah pusat dan daerah segera turun tangan, mempercepat pembangunan jembatan permanen, dan memberikan bantuan logistik serta medis bagi daerah yang terdampak langsung. (Red)